Minggu, 27 Maret 2011

Yamaha Jupiter-Z 2009, Bebek Desmo Indonesia!


Mekanisme kerja klep Desmosedici terkenal di Ducati. Buka-tutup klep tanpa menggunakan pegas keras. Sehingga lebih akurat karena tidak floating dan hanya diperintah bubungan kem.

Itu yang coba ditiru Sugiono Bedja Saputra from Purwokerto. Dia mekanik kawakan yang beken disapa Bobeng ini kasih inovasi baru buat dunia balap Indonesia. Yaitu mesin Desmosedici ala Ducati yang diterapkan pada Yamaha Jupiter-Z.

"Prinsip kerja sama persis dengan Ducati. Cuma beda pada mekanisme penggerak rocker arm. Kalau Ducati menggunakan empat rocker arm untuk menggerakkan 4 bubungan kem, saya memodifikasi hanya 2 pelatuk untuk sistem kerjanya. Sehingga lebih efisien dalam menempatkan pelatuk klep," buka bapak pengapian tanpa magnet ini.

Noken as sebagai jantung alias pemompa bahan bakan menuju silinder, memiliki ubahan yang frontal. Baik dari bentuk maupun konstruksi. Konstruksi standar yang memiliki dua bubunngan diubah menjadi empat bubungan. Sebab dalam menggerakkan satu klep melalui dua gerakan.

Jadi, bumbungan kem satu untuk membukanya klep. Satunya lagi untuk menutup klep. Karena ada dua klep (in dan ex) makanya ada 4 bubungan.

Rocker arm  merupakan  penunjang gerak klep dari noken as tadi. Fungsinya vital, sebagai lengan penghubung gerak klep. Komponen asli sepatu klep ini otomatis tidak bisa dipergunakan lagi. Sebagai gantinya Bobeng mengakali dengan membuat sendiri rocker arm handmade.

"Bahannya dari shift gigi botol rasio. Diubah sesuai mekanisme tonjolan kem. Dengan material ini, rocker arm dipastikan akan jadi lebih paten dan kuat," yakin pria 54 tahun ini.

BLOK HEAD

Konstruksi yang sedikit rumit dan besar mengakibatkan bentuk bagian dalam head silinder mengalami ubahan sesuai dengan mekanisme penggerak di dalamnya. Yang paling terlihat adalah pada bagian dudukan rocker arm, sebab bentuknya sudah berubah.

Termasuk pada mekanisme setelan klep yang memiliki dimensi jumbo. Makanya tutup klep asli sudah tergusur tutup klep aluminium variasi. "Selain sesuai dengan desain konstruksi kerja mesin bagian dalam, tutup klep ini juga berfungsi sebagai pendingin mesin," papar mekanik mangkal di Jl. Martadireja 1/789, Purwokerto, Jawa Tengah.

Per pembalik klep diganti lebih lentur, ditekan dengan dua jari sudah bisa langsung rapat dan renggang tanpa perlu tenaga. Namun mekanisme yang riskan oblak adalah pada bagian dudukan klep. Sebab bagian ini memang akan terus-menerus bekerja dengan kecepatan tinggi dan akurat.

Makanya Bobeng membuat sitting klep sendiri dari besi cor. Bagian atas dan bawah juga sudah mempunyai setelan kerenggangan yang masing-masing bisa disetel manual. Sebab pelatuk klepnya harus rapat dengan clereance detail agar tidak oblak. (motorplus.otomotifnet.com)
DATA MODIFIKASI
 Ban: FDR 90/80-17
Pelek: TDR
Sok: Daytona
Karbu: PE 28
Piston: Izumi
Knalpot: Custom
Bobeng Motor: 0815

YAMAHA FINO Jakarta :Tembus 350cc ,Best Time 7,6 detik(201m)






Seiring perkembangan drag matik yang kian mewabah, maka peserta di kelas paling bergengsi FFA (Free For All) juga semakin banyak dan berani melakukan terobosan. Terlebih trend limit kapasitas CC yang kerap hadir di berbagai hajatan balap karapan antara alternatif s/d 350 cc atau s/d 400 cc.
Anyway, konteks volume silinder punya pengaruh signifikan mendongkrak tenaga kudabesi bertransmisi otomatis ini. Seperti juga keputusan strategis tim YSS RFT Riftech Racing Team Jakarta yang dikawal joki Ayip Rosidi.
“Prinsip kita yang utama ialah penciptaan volume silinder yang mendekati regulasi. Seterusnya sambil berjalan, riset dilakukan untuk mencari torehan waktu terbaik, “tutur Dony Muchtar selak manajer tim yang bermarkas di Jl. Kramat Asem Gede RT. III RW.IV No. 2 Utan Kayu, Jakarta Timur. Adapun bore-up mesin menyentuh angka 350 cc. Tergolong ekstrim juga, karena masih jarang yang beginian. Kebanyakan bermain di rentang 250 cc sampai 300 cc. Sekilas info saja, Fino milik TDR Racing sendiri yang memiliki waktu terbaik 7,4 detik (201 M) memilih safety dengan mesin kisaran 300 cc dimana spesifikasi langkah 87,9 mm dan piston 66 mm.
Kembali ke soal semula.  “Nilai 350 cc tadi diperoleh dari overstroke mencapai 91 mm dan diameter piston yang 70 mm, “terang Arif Muttaqin sebagai mekanik yang juga dibackup dragster M Hambali yang masih berusia 16 tahun. Seteleh, ruang bakar jauh lebih gede dari kondisi standar (113 cc), maka secara logika dibutuhkan aliran bahan bakar yang lebih banyak. Ini mutlak hukumnya. Dalam konteks ini, diaplikasi Karburator Keihin PE 28 mm yang memang menjadi pilihan terbaik banyak tuner yang bermain di FFA.“Venturi sedikit diperbesar dengan reamer sekitar 3 mm agar lepih optimal, “tambah Arif Muttaqin menambahkan bahwa pemakaian keenam roller seberat 12 gram. Ketika otre lakukan polling pendapat pada beberapa kiliker, mereka sepakat tidak mengadopsi karbu lebih gambot lagi dengan alasan menu lintasan yang hanya 201 meter. Jika  kegedean akan semakin mengorbankan putaran bawah. Ini berisiko. Jadi lebih ekfektif dengan PE 28. Cerita seterusnya, setelah arus bahan bakar dan udara didesain dengan volume lebih padat, maka high-compretion menjadi agenda selanjutnya. Tekanan tinggi membat gas aktif yang terbakar lebih maksimal.
Perbandingan kompresi menyentuh 13 : 1 dan masih aman dari gejala knocking atau ngelitik. Terakhir, camshaft yang mengatur lalu-lintas gas aktif yang akan dikompresikan digerinda ulang hingga durasi ada pada 272 derajat pada sisi in dan exnya 280 derajat. Noken as ini bekerja menggerakkan klep gede kombinasi valve-in 36 mm dan outnya 31 mm serta lift kelp hingga 11,3 mm. Begitu jelas dari data tersebut, karakter yang ingin diciptakan lebih fokus pada upaya mendongkrak peak-performance. Hasil akhir, kudapacu Fino ini mencatat time terbaik di angka 7,6 detik di lintasan 201 meter saat event dragbike Jogjakarta beberapa waktu lalu. Tunggu saja kejutan selanjutnya. .: ogy
SPEK KOREKAN : 
KARBURATOR : Keihin PE 28, MAIN JET : 140, PILOT JET : 48, KLEP : 36/31 mm, LIFT KLEP : 11,3 mm, RASIO : 19-38, ROLLER : 12 gram (6), CDI : Yamaha Fino, Knalpot : TDR Racing.



yamaha mio racikan TDR thailand jadi jura tanpa trhopy

Ada yang menarik di gelaran TDR-YSS-Comet Dragbike Championship seri 2 di stadion Maguwoharjo, Yogyakarta pekan lalu. Yups, apalagi kalau bukan pecahnya rekor best time untuk drag bike skutik yang ditorehkan Yamaha Mio racikan TDR ini dengan catatan waktu 7.568 detik!

“Walau best time, namun kita masih tetap berusaha mempertajam waktu,” bilang Juffry Willar, research and development dari Mitra2000 selaku distributor resmi produk TDR di Indonesia. Huah, selamat ya! Eh pialanyanya mana?

“Nah itu dia, di event kemarin motor ini hanya turun di kelas ekshibisi,” sahut Juffry. Sayang amat! “Tapi tenang, jadwal berikutnya kita bakal ikut jadi peserta di Medan,” tambah pria ramah yang yakin si Mio akan meraih podium pertama.

Eits, tunggu dulu! Sebelum dikirim ke Medan, langsung aja kita bedah rahasia dapur pacu motor yang dibuat Mr. Tanabon dari TDR Thailand ini. Bagian pertama yang dibedah yakni sektor dapur pacu alias ruang bakar.

Di bagian ini si Mio dijejali piston ukuran 66 mm dengan stroke 87,9 mm yang mengalami pergeseran big end 15 mm. Dengan paduan angka tersebut, ketahuan jika kapasitas mesin membengkak jadi 300,58 cc.

Bukan tanpa alasan, sebab hal itu bersinggungan langsung dengan durasi klep yang mungkin saja sama ekstremnya, walau masih jadi rahasia dapur TDR. Oke pindah sedikit ke atas mesin, untuk pengabut bahan bakar dipakai tipe Keihin PWK 32.

Ubahan gila-gilaan di sektor ruang bakar dibarengi pula di bagian pengapian. Semua masih mengandalkan standar, hanya saja bagian koil sudah pakai bawaan special engine dan CDI programmable.

Masalah weight reduction juga tak ketinggalan. Di bagian ini tim TDR tak main-main. Sasis berbahan titanium seberat 1,7 kg dijejali ke Mio. Tentu itu harus didukung suspensi agar traksi lebih mantap.

“Bagian sok depan, suling dan per sok di dalam tabung mengalami sedikit ubahan agar rebound-nya lambat,” tutup Juffry. Bagaimana? Ada yang berani merebut rekor best time yang dipegang tim TDR ini?


Data Modifikasi
Pelek depanTDR U-Shape 1.20x17
Pelek belakangTDR U-Shape 1.60x17
Ban depanIRC Eagle Grip 45/90
Ban belakangComet M1 60/80
Sok depanStock Modified
Sok belakangYSS
Piston66 mm, TDR High Dome
Stroke97,9 mm
KarburatorKeihin PWK 32
CDITDR Programmabel
KoilKoil
Kompresi16:1
Final gear22/34
KnalpotTDR

Engine Starter Skutik Drag

Engine Starter Skutik Drag

Pesona sasis ringan di arena drag bike belum pudar. Tapi sudah ada lagi item eksotis; engine starter (ES). Peranti ini sudah diaplikasi beberapa tim drag top, contoh TDR Racing dan MC Racing di event perdana drag di Kemayoran beberapa bulan lalu.

Wajar kalo sempat ngundang perhatian peserta lain. Sebab dari gaya aplikasinya saja, mirip mekanik MotoGP saat menyalakan mesin. Nah, ternyata alat ini didatangkan dari Thailand saat kedua tim tadi meriset mesin skutik dragnya.

Kabarnya, pemakaian part ini juga mempengaruhi kinerja mesin walau sifatnya optional. Kok bisa? “Dengan pakai ES, otomatis motor udah gak butuh dynamo starter (DS),” ulas Cece Hermawan, mekanik tim TDR Racing.

Masuk akal! Rangkaian DS bersinggungan langsung dengan komponen di dalam mesin. Nah komponen penghubung antara dynamo dan mesin itulah yang dapat membebani putaran mesin. Efeknya gak sedikit, sebab komponen yang dimaksud berupa gir-gir yang beratnya bisa mencapai beberapa ons.

Selain itu, tanpa DS kinerja aki juga lebih maksimal. Gimana enggak, pada mesin drag yang sudah dibore-up lebih dari 200 cc, jelas menuntut dynamo stater lebih kuat agar dapat memompa piston dengan kompresi tinggi saat mesin dinyalakan.

Nah otomatis dalam sistem kerjanya, dynamo tersebut bakal memakan setrum banyak. Solusinya, gak sedikit mekanik yang memakai dua aki. Satu aki untuk mesin dan satu aki optional khusus buat starter doang. Duh, repot ya!













Kalau pake ES, cukup andalkan satu buah aki mobil. Karena meski sama-sama 12 volt, aki itu punya angka ampere lebih besar dari aki motor. Lalu sistem kerjanya?

Pertama hubungkan langsung kedua kabel ke aki yang dimaksud. Dari sini, sambung bagian ujung ES pada bagian baut magnet. Tekan tombol, dan langsung brumm! Mudah kan, dibanding mengganti big DS yang notabennya harus setting kerenggangan antara gir kecil dan as DS.

Lantas sudah dapat angka pasti perbedaan antara pakai dynamo dan tidak? “Sampai saat ini belum ada, namun dengan melepas part untuk DS seperti drive wheel dan bearing one way beserta rumahnya, hal itu dapat meningkatkan kinerja mesin sebanyak 10%,” tutup Cece yang bilang peranti ini not for sale!

Modif Jupiter Z Juara MP1, Piston Lebih Ringan 5 Gram

Otomotif | February 17, 2011 at 11:10
20110216ModifMP1 Modif Jupiter Z Juara MP1, Piston Lebih Ringan 5 Gram
forging punya bobot lebih ringan ketimbang biasa. Part ini juga yang menjadi andalan di Yamaha -Z pacuan Diaz Kumoro Djati. Dengan berat part penggebuk kompresi ruang bakar yang lebih ringan, mesin juga mendapat perlakukan sama. berdiameter 55,25 mm yang disupport merek TDR selaku sponsor tim, podium pertama di kelas MP1 di MotoPrix Region II seri awal ini pun mudah diraih pembalap Yamaha TDR FDR Federal Oil NHK Yonk Jaya itu.
Menurut Heru Kate Hardiyanto selaku tunner tim yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat itu selisih bobot berkurang sekitar 5 gram. Meski hanya sekitar 5 gram, tapi itu sudah bisa pengaruhi kinerja mesin, jelas pria ramah itu.
Putaran mesin, terutama sejak putaran bawah lebih mudah dikail. Begitu juga untuk putaran atas. Rpm, mesin jadi bisa bermain sedikit lebih tinggi.
Ada kelebihan lain soal aplikasi ini. Menurut pria asal Jogja ini, suhu mesin cenderung lebih stabil dan adem. Karena bobot ringan, mesin jadi tidak bekerja lebih seperti pakai biasa, bilangnya.
Iya dong, kruk as tidak perlu keluarkan tenaga ekstra buat mendorong dan menarik . Kondisi ini menguntungkan, karena performa mesin tetap terjaga. Akhirnya power mesin tidak banyak turun meski dipakai lebih dari 10 putaran.
Tapi, tidak banyak penyesuaian yang dilakukan dalam aplikasi yang dibuat model tempa itu. Terutama jika bicara soal kompresi mesin. Sebab, tidak seperti sebelumnya, forging ini memiliki dome cukup pendek. Kondisi ini yang membuat kompresi tidak dimainkan terlalu tinggi. Tapi, cukup 13,5 : 1.
Enteng lho! (motorplus-online.com)
20110216ModifMP1 1 Modif Jupiter Z Juara MP1, Piston Lebih Ringan 5 Gram
PATOK DURASI 270
Buat imbangi kinerja mesin ringan, magnet juga ikut disentuh. Kali ini, Heru mengandalkan besi lempengan yang diubah jadi rotor alias magnet. Beratnya, 475 gram dengan balancer 350 gram, ungkapnya.
Kondisi ini membuat mesin memiliki torsi lebih besar. Apalagi, seting didukung kem durasi 270 dengan LSA (Lobe Separation Angle) 105. Lalu, kepala silinder dijejali diameter payung klep 29 mm/ 24 mm. Klep dari merek EE yang dikecilkan lagi diameternya. Semburan bahan bakar didukung karburator Keihin PWK 28 mm. Main-jet diseting 112 dan pilot-jet cukup besar, yaitu 62. Karena power motor enteng, jadi butuh masukan sedikit besar di putaran bawahnya, tutup Heru yang alumnus fakultas Pertanian UPN Jojga 1990 itu.
  MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Klep : EE
Sok belakang : YSS
Knalpot : Yonk Jaya

Selasa, 22 Maret 2011


Sekedar Teori :
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, sekarang mulai banyak beredar bearing kompetisi. Bearing atau laher, peranti yang berguna untuk menghubungkan antara dua bagian part dalam gerakan linear atau rotasi. Sehingga kedua bagian tersebut, bergerak dengan gaya gesek minimal.

Bearing standar, jarak antara inner ring dan outer ring-nya rapat, sehingga bidang geseknya banyak. Tapi kalau laher racing sebaliknya dan memang poin itu yang dicari. Bagi yang berniat pasang part tersebut di motor standar tak masalah. Tapi perlu diketahui, bearing mesin yang dipakai di motor-motor sekarang sudah menggunakan bearing berkode C3. Jadi kalau mau mengaplikasikan cari yang kode di atasnya, yakni C4 atau C5. 
Tapi tetap ada konsekuensinya karena minim gesekan, suara mesin jadi lebih santer pada rpm rendah. Namun masalah durabilitas, sama kok dengan standarnya. Selain itu, pengantian oli wajib diperhatikan, karena ikut mempengaruhi kinerja bearing.

Ada 4 merek yang umum beredar di pasaran, tapi jangan lupa Kalau mau mengganti harap diingat seri yang tertera pada badan si bearing, karena hal itu akan jadi patokan pada saat pembelian.

SKF (Svenska Kugelahaar Fabricen) ini berasal dari Swedia, namun sudah dimanufacturing di Indonesia. Terbukti tangguh untuk lintasan pasar senggol. Terlebih seri C4-nya yang mengandung material keramik, guna memimimalisasi gesekan. Hal ini juga terbukti berperan mengantar Rafid Poppy, pembalap tim SKF Fuchs Star Motor, merebut juara Indonesia di penghujung tahun 2003 di Sentul.
FAG, bearing untuk kruk-as dengan kode 6205TB.P63 high series (untuk Jupiter Z) ini diimpor dari Portugal. Biasa dilepas dengan harga Rp 340 ribu/piece. Ini memang santer di dunia balap. Raungan mesin pada rpm tinggi, kalau pakai produk ini terasa ringan.
Tambahan Teori
Berikut kode C3. Simbol ini menandakan kerenggangan antar pelor dan dinding punggung bagian dalam. “C3 cocok untuk motor harian”. Makin besar angkanya berarti toleransi kerenggangan antar komponen bearing makin besar pula. Tak heran C3, jika digoyangkan lebih ngoklok dibanding C2. 
Angka kerenggangan tsb tercantum dari C2 – C5 tanpa tanda(kosong). Motor dengan putaran mesin tinggi sebaiknya menggunakan laher dengan kerenggangan C4 . Salah satu alasannya yaitu di temperatur motor balap jauh lebih tinggi dibanding motor harian, dan ketika suhu memuncak maka bola- bola memuai. Posisi menggelinding jadi pas. Tidak akan macet.

Sekedar Teori :
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, sekarang mulai banyak beredar bearing kompetisi. Bearing atau laher, peranti yang berguna untuk menghubungkan antara dua bagian part dalam gerakan linear atau rotasi. Sehingga kedua bagian tersebut, bergerak dengan gaya gesek minimal.

Bearing standar, jarak antara inner ring dan outer ring-nya rapat, sehingga bidang geseknya banyak. Tapi kalau laher racing sebaliknya dan memang poin itu yang dicari. Bagi yang berniat pasang part tersebut di motor standar tak masalah. Tapi perlu diketahui, bearing mesin yang dipakai di motor-motor sekarang sudah menggunakan bearing berkode C3. Jadi kalau mau mengaplikasikan cari yang kode di atasnya, yakni C4 atau C5. 
Tapi tetap ada konsekuensinya karena minim gesekan, suara mesin jadi lebih santer pada rpm rendah. Namun masalah durabilitas, sama kok dengan standarnya. Selain itu, pengantian oli wajib diperhatikan, karena ikut mempengaruhi kinerja bearing.

Ada 4 merek yang umum beredar di pasaran, tapi jangan lupa Kalau mau mengganti harap diingat seri yang tertera pada badan si bearing, karena hal itu akan jadi patokan pada saat pembelian.

SKF (Svenska Kugelahaar Fabricen) ini berasal dari Swedia, namun sudah dimanufacturing di Indonesia. Terbukti tangguh untuk lintasan pasar senggol. Terlebih seri C4-nya yang mengandung material keramik, guna memimimalisasi gesekan. Hal ini juga terbukti berperan mengantar Rafid Poppy, pembalap tim SKF Fuchs Star Motor, merebut juara Indonesia di penghujung tahun 2003 di Sentul.
FAG, bearing untuk kruk-as dengan kode 6205TB.P63 high series (untuk Jupiter Z) ini diimpor dari Portugal. Biasa dilepas dengan harga Rp 340 ribu/piece. Ini memang santer di dunia balap. Raungan mesin pada rpm tinggi, kalau pakai produk ini terasa ringan.
Tambahan Teori
Berikut kode C3. Simbol ini menandakan kerenggangan antar pelor dan dinding punggung bagian dalam. “C3 cocok untuk motor harian”. Makin besar angkanya berarti toleransi kerenggangan antar komponen bearing makin besar pula. Tak heran C3, jika digoyangkan lebih ngoklok dibanding C2. 
Angka kerenggangan tsb tercantum dari C2 – C5 tanpa tanda(kosong). Motor dengan putaran mesin tinggi sebaiknya menggunakan laher dengan kerenggangan C4 . Salah satu alasannya yaitu di temperatur motor balap jauh lebih tinggi dibanding motor harian, dan ketika suhu memuncak maka bola- bola memuai. Posisi menggelinding jadi pas. Tidak akan macet.